18 Juli, 2008

Pendidikan Untuk Semua

Oleh : Supriyanta, Ak.

Saat ini HS Anak Shaleh menerima siswa-siswi dari berbagai kalangan. Siswa yang mampu diterima dan begitu pula siswa yang kurang mampu. Biaya pendidikan yang dibebankan kepada orang tua dan wali disesuaikan dengan kemampuan mereka. Tentu saja kalangan yang memiliki kemampuan lebih diharapkan bisa memberikan kontribusi yang lebih dibanding yang kurang mampu.

Oleh karena itu, SPP siswa HS Anak Shaleh bervariasi sesuai kemampuan. Ada yang memberikan Rp 100.000 per bulan namun ada yang di bawah nilai tersebut. Dengan konsep seperti ini diharapkan semua anak bisa mendapatkan pendidikan yang maksimal bagi masa depannya. Mengingat usia di bawah enam tahun merupakan masa golden age yang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan anak di masa mendatang.

HS Anak Shaleh mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan wali siswa-siswi yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk mendidik mereka. Mudah-mudahan mereka akan menjadi anak yang shaleh dan shalihah di masa mendatang. Amiin

02 Juli, 2008

Dwi Herna Sutopowati, SP

Dwi menyelesaikan sarjana pertanian di Universitas Islam (UIN) Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta. Meskipun Dwi berlatar belakang sarjana pertanian jurusan agrobisnis, ia bertekad untuk menerapkan ilmu yang dimilikinya untuk mendidik siswa-siswi HS Anak Shaleh.

Dwi telah berkonsentrasi untuk membina siswa-siswi yang berumur 2-3 tahun dalam tahun ajaran 2008/2009. Latar belakang di bidang sains yang ia miliki telah membantu menyiapkan generasi yang mencintai ilmu terutama ilmu sains.

Dalam tahun ajaran 2009/2010, Dwi bertekad untuk meluaskan jaringan HS Anak Shaleh dengan cara membuka cabang baru dengan nama HS Anak Shaleh 02 yang berlokasi di Gunung Putri Bogor. Saat ini tekad Dwi telah terwujud dengan dimulainya proses belajar mengajar di HS Anak Shaleh 02.

01 Juli, 2008

Tempat Pendidikan




Tempat pendidikan HS Anak Shaleh dari luar ruangan.




Ruangan tempat siswa-siswi HS Anak Shaleh belajar.


Gambar di atas adalah rumah tempat berlangsungnya pendidikan HS Anak Shaleh. Rumah tersebut berlokasi di Jalan Tanjung V Kompleks Kranggan Permai Jatisampurna Bekasi.

Logo HS Anak Shaleh




Logo HS Anak Shaleh memiliki arti:
1. Bingkai berbentuk hati melambangkan kasih sayang orang tua kepada putra putrinya.
2. Gambar anak mengenakan pakaian muslim menunjukkan cita-cita lembaga untuk mewujudkan anak yang shaleh shalihah.
3. Gambar buku memiliki makna siswa-siswi HS Anak Shaleh akan menjadi generasi yang cerdas
4. Gambar bersinar memiliki makna alumni HS Anak Shaleh diharapkan akan bersinar dan membawa rahmat di tengah-tengah masyarakat setelah dewasa nanti.

24 Juni, 2008

Yunda

Yunda adalah salah seorang pengajar di HSG SD Khoiru Ummah 25. Yunda bergabung sejak tahun 2011 selepas menyelesaikan pendidikan sarjananya. Semangat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah menjadikan Hanum guru yang bersemangat untuk membagi ilmu yang dimiliki kepada para muridnya.

Tuty Rahayu, SP

Tuty Rahayu, SP menamatkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor. Tuty menamatkan gelar sarjana pertanian pada tahun 2002. Tuty memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini sejak mengikuti training of trainer tentang pendidikan anak usia dini (PAUD).

Saat ini Tuty memimpin Lembaga Pendidikan Usia Dini Home Schooling Anak Shaleh. Lembaga ini memulai aktivitas belajar mengajar pada tahun ajaran 2008/2009.

23 Mei, 2008

Launching HS Anak Shaleh


Bapak-bapak juga tidak ketinggalan mengikuti launching demi masa depan putra-putrinya.

Para peserta launching sedang mengikuti acara pembukaan. Acara ini dipandu oleh Ibu Suti.

Ibu Tuty Rahayu (Nisa) sedang mempresentasikan HS Anak Shaleh di hadapan orang tua dan wali calon siswa-siswi Foto suasana launching HS Anak Shaleh yang diselenggarakan pada tanggal 15 Juni 2008.

02 Mei, 2008

Asap Rokok dan Kesehatan Anak

Sebuah riset menunjukkan merokok tidak hanya buruk buat perokok tetapi juga buat lingkungan. Terutama pada anak-anak perokok yang secara tidak langsung juga menghirup asap rokok orang tuanya.

Riset dilakukan di Eropa dan menemukan bahwa anak-anak yang orang tuanya perokok mempunyai risiko terkena penyakit kanker paru-paru lebih besar tinimbang anak-anak yang orang tuanya bukan perokok. Berbagai penyakit lain juga akan berisiko muncul pada anak di masa pertumbuhannya dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya bukan perokok. Laporan riset terbit pada 28 Januari di sebuah jurnal online The British Medical Journal.

Riset sebelumnya memang telah menunjukkan adanya risiko kecil bagi perokok dan lingkungannya. Namun, riset kali ini lain, "salah satu dan beberapa prospek riset ini memberi informasi tentang munculnya berbagai penyakit secara kolektif," kata periset Dr Paolo Vineis, profesor epidemi lingkungan di Imperial College London.

Riset melibatkan responden dalam jumlah besar. Lebih dari 123 ribu di 10 negara Eropa. Mereka bukan perokok, tetapi hidup di lingkungan perokok. Sebut saja mereka sebagai perokok pasif. Riset dilakukan selama tujuh tahun. Selama tujuh tahun riset itu, 97 orang didiagnosa mengidap kanker paru-paru, 20 orang didiagnosa menderita kanker berhubungan dengan sistem pernapasan, dan 14 orang lainnya dinyatakan meninggal karena menderita gangguan paru-paru kronis atau disebut sebagai emphysema.

Munculnya risiko terkena kanker paru-paru sangat kentara pada anak-anak yang orang tuanya merokok. Dr Paolo Vineis mengatakan dari mereka yang tidak merokok tetapi sering berada di lingkungan penuh asap rokok memang menunjukkan tingkat risiko yang lebih kecil terkena kanker paru-paru.

Riset juga menemukan kesimpulan bahwa risiko terkena berbagai penyakit berhubungan dengan paru-paru. Anak-anak yang hidup di lingkungan perokok pasif tetap mempunyai risiko sebesar 30% lebih mengidap berbagai penyakit sehubungan dengan paru-paru. Namun, diperkirakan secara konsisten risiko ditemukan pada perokok lebih besar daripada yang bukan perokok.
Temuan riset ini menguatkan kesimpulan yang terdahulu bahwa perokok pasif diketahui dapat mempengaruhi anak-anak. The Environmental Protection Agency (EPA), organisasi lingkungan di Amerika Serikat, memperkirakan orang yang hidup di lingkungan perokok, 15 ribu sampai 30 ribu, kemungkinan memberi pengaruh infeksi pada anak-anak. EPA juga menyimpulkan setiap tahun lebih dari satu juta anak-anak terkena serangan asma. Perokok pasif dapat mengakibatkan fatal pada anak-anak. Di AS, diperkirakan 1.900 sampai dengan 2.700 kasus menimbulkan sindrom kematian setiap tahunnya.

"Umumnya beberapa negara sudah memperkenalkan undang-undang tentang akibat yang ditimbulkan pada perokok pasif," kata Dr Paolo Vineis. Seperti misalnya negara Italia. Negara ini telah melarang merokok di tempat umum, termasuk bar dan restoran. New York dan kota-kota lain di AS juga telah menerapkan larangan ini. Merokok di rumah memang tidak dapat dilarang. Tetapi, "orang tua seharusnya tidak merokok dekat dengan anak-anak," imbuh Dr Paolo Vineis memberi saran.

Dr Norman Edelman, konsultan sain untuk American Lung Association, juga menyarankan, "jika anda harus merokok, jangan merokok di ruangan tertutup, apalagi jika dalam ruangan tersebut ada orang lain," katanya. Satu hal penting yang ditemukan dalam riset baru ini adalah efek panas yang mempengaruhi perokok pasif ternyata lebih besar daripada perokok yang sebenarnya.

Sumber : http://www.keluargasehat.com/pola-lainisi.php?news_id=8

02 April, 2008

PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004). Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode emas ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) sejak tahun 1980, namun implementasinya belum memasyarakat. Hasil penelitian Herawati (2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265 keluarga yang diteliti, hanya terdapat 15% yang mengetahui program BKB. Faktor penentu lain dari kurang memasyarakatnya program BKB adalah rendahnya tingkat partisipasi orang tua. Kemudian pada tahun 2001, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda mengeluarkan program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Namun keberadaan program tersebut sampai saat ini belum menjangkau tingkat pedesaan secara merata, sehingga belum dapat diakses langsung oleh masyarakat.

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia. Tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Di Indonesia sesuai pasal 28 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia telah ditempatkan sejajar dengan pendidikan lainnya. Bahkan pada puncak acara peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2003, Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan pelaksanaan pendidikan anak usia dini di seluruh Indonesia demi kepentingan terbaik anak Indonesia (Direktorat PAUD, 2004).

PAUD Berbasis Aqidah Islam

Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk generasi berkualitas pemimpin, yakni (1) berkepribadian Islam,(2) menguasai tsaqofah Islam, dan (3) menguasai ilmu kehidupan (sains dan teknologi) yang memadai. Apabila ke tiga tujuan ini tercapai, maka akan terwujudlah generasi pemimpin yang individunya memiliki ciri sebagai insan yang sholeh/sholehah, sehat, cerdas dan peduli bangsa.

Setiap orang harus siap untuk menjadi pemimpin. Karena kepemimpinan itu sebuah sunatullah dan merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT kelak. Sebagaimana ditegaskan didalam sabda Rasulullah SAW: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya... (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dari Ibnu Umar).

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam ini sangat erat kaitannya dengan sistem hidup Islam. Sebagai bagian yang menyatu (integral) dari sistem kehidupan Islam, pendidikan memperoleh masukan dari supra sistem, yakni keluarga dan masyarakat atau lingkungan, dan memberikan hasil/keluaran bagi suprasistem tersebut. Sementara sub-sub sistem yang membentuk sistem pendidikan antara lain adalah tujuan pendidikan itu sendiri, anak didik (pelajar/mahasiswa), manajemen, struktur dan jadwal waktu, materi, tenaga pendidik/pengajar dan pelaksana, alat bantu belajar, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian dan biaya pendidikan.

Interaksi fungsional antar subsistem pendidikan dikenal sebagai proses pendidikan. Proses pendidikan dapat terjadi di mana saja, sehingga berdasarkan pengorganisasian serta struktur dan tempat terjadinya proses tersebut dikenal adanya pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Melalui proses ini diperoleh hasil pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Untuk menjaga kesinambungan proses pendidikan dalam menjabarkan pencapaian tujuan pendidikan, maka keberadaan kurikulum pendidikan yang integral menjadi suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Kurikulum pendidikan integral sangatlah khas dan unik. Kurikulum ini memiliki ciri- ciri yang sangat menonjol pada arah, azas, dan tujuan pendidikan, unsur-unsur pelaksana pendidikan serta pada struktur kurikulumnya.

Azas pendidikan Islam adalah aqidah Islam. Azas ini berpengaruh dalam penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru, budaya yang dikembangkan dan interaksi diantara semua komponen penyelenggara pendidikan. Yang dimaksud dengan menjadikan aqidah Islam sebagai azas atau dasar dari ilmu pengetahuan adalah menjadikan aqidah Islam sebagai standar penilaian. Dengan istilah lain, aqidah Islam difungsikan sebagai kaidah atau tolak ukur pemikiran dan perbuatan. Oleh sebab itu, implementasi pendidikan anak usia dini adalah PAUD BAI.

Pihak-Pihak yang Berperan dalam PAUD

Pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan anak usia dini adalah pemerintah (negara), masyarakat dan keluarga. Keluarga adalah institusi pertama yang melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Disanalah pertama kali dasar‑dasar kepribadian anak dibangun. Anak dibimbing bagaimana ia mengenal Penciptanya agar kelak ia hanya mengabdi kepada Sang Pencipta Allah SWT. Demikian pula dengan pengajaran perilaku dan budi pekerti anak yang didapatkan dari sikap keseharian orangtua ketika bergaul dengan mereka. Bagaimana ia diajarkan untuk memilih kalimat‑kalimat yang baik, sikap sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang halal yang akan mereka gunakan. Kesimpulannya, potensi dasar untuk membentuk generasi berkualitas dipersiapkan oleh keluarga.

Masyarakat yang menjadi lingkungan anak menjalani aktivitas sosialnya mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi baik buruknya proses pendidikan, karena anak satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Interaksi dalam lingkungan ini sangat diperlukan dan berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik maupun biologis. Oleh sebab itu masalah‑masalah yang akan dihadapi anak ketika berinteraksi dalam masyarakat harus difahami agar kita dapat mengupayakan solusinya. Masyarakat yang terdiri dari sekumpulan orang yang mempunyai pemikiran dan perasaan yang sama serta interaksi mereka diatur dengan aturan yang sama, tatkala masing‑masing memandang betapa pentingnya menjaga suasana kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi maka semua orang akan sepakat memandang mana perkara-perkara yang akan membawa pengaruh positif dan mana yang membawa pengaruh negatif bagi pendidikan generasi. Sedapat mungkin perkara negatif yang akan menjerumuskan anak akan dicegah bersama. Disinilah peran masyarakat sebagai kontrol sosial untuk terwujudnya generasi ideal. Masyarakat yang menjadi lingkungan hidup generasi tidak saja para tetangganya tetapi juga termasuk sekolah dan masyarakat dalam satu negara. Karena itu para tetangga, para pendidik dan juga pemerintah sebagai penyelenggara urusan negara bertanggung jawab dalam proses pendidikan generasi.

Selain keluarga dan sekolah, partai dan organisasi masyarakat seperti majelis ta’lim, mempunyai peran dalam melahirkan generasi berkualitas pemimpin. Disanalah generasi akan dibina untuk menjadi politikus yang ulung dan tangguh. Oleh sebab itu, partai dan ormas ini juga berperan dalam membina para ibu agar ibu dapat mendidik generasi secara baik dan benar. Dari seluruh pihak yang mempunyai tanggungjawab dalam mendidik generasi cerdas, generasi peduli bangsa, tentu negaralah yang mempunyai peran terbesar dan terpenting dalam menjamin berlangsungnya proses pendidikan generasi.

Negara bertanggung jawab mengatur suguhan yang ditayangkan dalam media elektronik dan juga mengatur dan mengawasi penerbitan seluruh media cetak. Negara berkewajiban menindak perilaku penyimpangan yang berdampak buruk pada masyarakat dll. Negara sebagai penyelenggara pendidikan generasi yang utama, wajib mencukupi segala sarana untuk memenuhi kebutuhan pendidikan umat secara layak. Atas dasar ini negara wajib menyempurnakan pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya. Kebijakan pendidikan bebas biaya akan membuka peluang yang sebesar‑besarnya bagi setiap individu rakyat untuk mengenyam pendidikan, sehingga pendidikan tidak hanya menyentuh kalangan tertentu (yang mampu) saja, dan tidak lagi dijadikan ajang bisnis yang bisa mengurangi mutu pendidikan itu sendiri. Padahal mutu pendidikan sangat mempengaruhi corak generasi yang dihasilkannya.

Negara wajib menyediakan tenaga-tenaga pendidik yang handal. Mereka yang memiliki kepribadian Islam yang luhur, punya semangat pengabdian yang tinggi dan mengerti filosofi pendidikan generasi serta cara‑cara yang harus dilakukannya, karena mereka adalah tauladan bagi anak didiknya. Kelemahan sifat pada pendidik berpengaruh besar terhadap pola pendidikan generasi. Seorang guru tidak hanya menjadi penyampai ilmu pada muridnya tetapi ia seorang pendidik dan pembina generasi. Agar para pendidik bersemangat dalam menjalankan tugasnya tentu saja negara harus menjamin kehidupan materi mereka. Ini dapat memberi motivasi lebih pada mereka meski tugas mereka tidak ditujukan semata untuk memperoleh materi, tetapi merupakan ibadah yang mempunyai nilai tersendiri di sisi Allah SWT. Betapa besar jasa para pendidik yang hingga ada ungkapan: "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Tentu saja pengabdian mereka harus mendapat penghargaan, dan ini merupakan tanggungjawab negara.

Sumber : http://eldiina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=29&Itemid=9

LEBIH JAUH TENTANG HOMESCHOOLING

Homeschooling (sekolah rumah) saat ini mulai menjadi salah satu pilihan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Pilihan ini terutama disebabkan oleh adanya pandangan atau penilaian orang tua tentang kesesuaian bagi anak-anaknya.

Bisa juga karena orang tua merasa lebih siap untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Ini banyak dilakukan di kota-kota besar, terutama oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri.

Sekolah rumah, menurut Ella Yulaelawati, direktur Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga di mana proses belajar mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif.

Tujuannya agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Rumusan yang sama dikemukakan oleh Dr Seto Mulyadi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, saat keduanya tampil berbicara dalam sebuah seminar di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pembelajaran kreatif
Ella mengakui, ada beberapa alasan orang tua di Indonesia memilih sekolah rumah. Antara lain, dapat menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang baik, dan dapat memberikan pembelajaran langsung yang konstekstual, tematik, nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.

Menurut Seto, sekolah rumah memiliki keunggulan karena bimbingan dan layanan pengajaran dilakukan secara individual. Proses pembelajaran lebih bermakna karena terintegrasi dengan aktivitas sehari-hari. Lebih dari itu, waktunya pun lebih fleksibel karena dapat disesuaikan dengan kesiapan anak dan orang tua.

Seto mengatakan, menyelenggarakan sekolah rumah menuntut kemauan orang tua untuk belajar, menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, dan memelihara minat dan antusias belajar anak. Sekolah rumah juga memerlukan kesabaran orangtua, kerja sama antaranggota keluarga, dan konsisten dalam penanaman kebiasaan.

Seto menampik sejumlah mitos yang dinilainya keliru tentang homeschooling selama ini. Misalnya, anak kurang bersosialisasi, orang tua tidak bisa menjadi guru, orang tua harus tahu segalanya, orang tua harus meluangkan waktu 8 jam sehari, waktu belajar tidak sebanyak waktu belajar sekolah formal, anak tidak terbiasa disiplin dan seenaknya sendiri, tidak bisa mendapatkan ijazah dan pindah jalur ke sekolah formal, tidak mampu berkompetisi, dan homeschooling mahal. `'Itu keliru,'' ucapnya.

Teman belajar
Lalu, apa yang yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam menyelenggarakan sekolah rumah? Seto mengatakan, orang tua harus menjadikan anak sebagai teman belajar dan menempatkan diri sebagai fasilitator. `'Orang tua harus memahami bahwa anak bukan orang dewasa mini,'' tuturnya.

Anak, kata Seto, perlu bermain. Itu yang perlu dipahami oleh orang tua. Karena itu pula, orang tua tidak boleh arogan dengan menempatkan diri sebagai guru, tapi belajar bersama. Kalau tidak siap dengan itu, menurut Seto, lebih baik jangan menyelenggarakan sekolah rumah.

Orang tua, kata Seto lagi, tetap perlu terus menambah pengetahuan. Tidak mesti menguasai semua jenis ilmu. Yang penting, memiliki pemahaman tentang anak. Bila orang tua kurang mengerti pelajaran biologi atau matematika, misalnya, orang tua bisa mendatangkan guru untuk pelajaran tersebut dan belajar bersama anak. Dengan demikian, anak akan merasa tidak lebih rendah, tapi sebagai sahabat dalam belajar.

Bagaimana dengan kedua orang tua yang bekerja sehingga merasa tidak punya waktu untuk memberikan pembelajaran kepada anak dalam menyelenggarakan homeschooling? Seto mengatakan, itu tidak boleh menjadi alasan.

Sesibuk apa pun orang tua, tetap harus punya waktu untuk anak. `'Kalau tidak punya waktu, jangan punya anak,'' ucap psikolog yang juga menyelenggarakan homeschooling bagi anak sulungnya itu.

Pembelajaran sekolah rumah sebaiknya menyesuaikan dengan standar kompetensi yang telah ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ini agar sejalan dengan pertumbuan dan kemampuan anak, di samping dapat diikutkan dalam evaluasi dan ujian yang diselenggarakan secara nasional. Standar kompetensi menjadi panduan yang harus dimiliki seorang anak pada kelas tertentu. Anak kelas VI SD atau setara, misalnya, minimal sudah harus menguasai pelajaran matematika sampai batas tertentu pula. Standar kompetensi ini, kata Seto, dapat diperoleh di Dinas Pendidikan yang ada di daerah masing-masing.

Evaluasi bagi anak yang mengikuti homeschooling dapat dilakukan dengan mengikutkan pada ujian Paket A yang setara dengan SD atau Paket B setara SMP. Pada dasarnya, kata Seto, dapat pula dilakukan dengan menginduk ke sekolah formal yang ada untuk proses evaluasi. Menurut dia, harusnya ini bisa dilakukan karena sekolah rumah bukan sekolah liar. Homeschooling seusai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).
(idionline/RoL)

Sumber : http://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi.php?news_id=947

31 Maret, 2008

Infaq, Shadaqah dan Zakat

INFAQ, SHADAQAH DAN ZAKAT MAAL

HS Anak Shaleh menerima infaq, shadaqah dan zakat dari kaum muslimin dan muslimat. Peran serta dalam program ini silahkan kirimkan melalui rekening Bank Mandiri Cabang Jakarta Pasar Rebo atas nama Supriyanta dengan nomor rekening 129. 000.244.0259

Setiap transfer hendaknya disertai berita yang menjelaskan peruntukan dana tersebut. Transfer dana yang tidak disertai keterangan atau berita akan kami perlakukan sebagai infaq dan shadaqah. Kebijakan ini kami ambil ambil karena kami memisahkan dana yang dimaksudkan untuk zakat maal. Zakat maal akan kami salurkan khusus kepada delapan ashnaf sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al Quran.

29 Maret, 2008

Hubungi Kami

Untuk informasi lebih detil tentang HS PG/TK Anak Shaleh 01 s.d 04 dan HSG SD Khoiru Ummah 25 silahkan hubungi Ibu Nisa' (Tuty Rahayu) di nomor  0812.1960.9928 atau 0856.9.5555.207

Hanum


Hanum bergabung di HSG SD Khoiru Ummah 25 sejak tahun 2011. Selain mengajar Hanum juga membantu penanganan administrasi sekolah.

Divisi Pengembangan Pendidikan

Lembaga Pendidikan Anak Shaleh

1. HS Anak Shaleh

HS Anak Shaleh adalah lembaga pendidikan yang memfokuskan diri pada pendidikan anak usia dini yaitu usia 2 sampai dengan 6 tahun. Saat ini HS Anak Shaleh memiliki 3 kelas yaitu:
a. usia 4 sampai dengan 6 tahun
b. usia 3 sampai dengan 4 tahun
c. usia 2 sampai dengan 3 tahun

Pada tahun ajaran 2009/2010, HS Anak Shaleh akan mengembangkan lembaga pendidikan menjadi 4 kelas dengan perincian sebagai berikut:
a. Kelas D untuk anak usia 5 sampai dengan 6 tahun
b. Kelas C untuk anak usia 4 sampai dengan 5 tahun
c. Kelas B untuk anak usia 3 sampai dengan 4 tahun
d. Kelas A untuk anak usia 2 sampai dengan 3 tahun

Untuk lebih bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat, saat ini HS Anak Shaleh sedang merintis untuk membuka cabang di beberapa tempat lain seperti di Bogor dan Jawa Timur.

2. Privat Anak Shaleh

Lembaga pendidikan anak shaleh saat sedang mengembangkan lembaga yang menangani privat bagi siswa SD, SMP dan SMA. Tenaga pengajar merupakan alumni beberapa perguruan tinggi ternama seperti Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya dan lain-lain.

Proses belajar dilakukan di rumah peserta atau di tempat pendidikan HS Anak Shaleh. Jam belajar disesuaikan antara kesiapan peserta dan pengajar antara jam 12.00 sampai dengan jam 16.00 WIB.

TENTANG KAMI


Lembaga Pendidikan Anak Shaleh (LPAS) saat ini mengelola Home Schooling Group (HSG) PG/TK Khairu Ummah 25 dan Home Schooling Group (HSG) SD Khoiru Ummah 25. 

HSG PG/TK Khairu Ummah 25(sebelumnya bernama Anak Shaleh) adalah lembaga yang menangani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk tingkat play group (PG) dan taman kanak-kanak (TK). HSG PG/TK Khairu Ummah 25 membuka kelas pertama di awal bulan Juli 2008.  
Lembaga ini dikelola dengan memanfaatkan fasilitas rumah pengelola HSG Khairu Ummah 25 yang berdomisili di Jalan Tanjung Perumahan Kranggan Permai, Cibubur, Bekasi. Bagi pembaca blog yang berniat mengetahui tentang HSG PG/TK Khairu Ummah 25 dan HSG SD Khairu Ummah 25 silahkan menghubungi Ibu Nisa' di nomor 0812.8341.7312 atau 0856.9.5555.207 Anda juga bisa mengirim email kepada kami ke alamat email : anak.shaleh@gmail.com

27 Maret, 2008

PENGERTIAN HOMESCHOOLING

Homeschooling (HS) adalah model alternatif belajar selain di sekolah. Tak ada sebuah definisi tunggal mengenai homeschooling. Selain homeschooling, ada istilah "home education", atau "home-based learning" yang digunakan untuk maksud yang kurang lebih sama.

Dalam bahasa Indonesia, ada yang menggunakan istilah "sekolah rumah" atau "sekolah mandiri". Disebut apapun, yang penting adalah esensinya.

Salah satu pengertian umum homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya dengan berbasis rumah. Pada homeschooling, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan anak; sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah.

Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama homeschooling, tetapi pendidikan homeschooling tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri, orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan sebagainya.

Sesuai namanya, proses homeschooling memang berpusat di rumah. Tetapi, proses homeschooling umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah. Para orang tua homeschooling dapat menggunakan sarana apa saja dan di mana saja untuk pendidikan homeschooling anaknya.

Sumber : http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=136&Itemid=60

Sejarah homeschooling di Amerika

Pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru. Sebelum ada sistem pendidikan modern (sekolah) sebagaimana yang dikenal pada saat ini, pendidikan dilakukan berbasis rumah. Sistem magang adalah model pendidikan yang sangat dikenal oleh masyarakat. Demikian pun belajar otodidak yang sampai sekarang masih dilakukan.Selain itu, para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru-guru privat untuk mengajar anak-anaknya. Itulah jejak homeschooling pada masa dahulu.

Sejak perkembangan revolusi industri, terjadi proses sistematisasi pendidikan dan proses belajar. Perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan serta usaha untuk memaksimalkan proses pembelajaran selama berabad-abad menghasilkan sebuah evolusi sistem pendidikan yang kemudian kita kenal sebagai sekolah. Sekolah adalah salah satu representasi institusional dari nilai-nilai modern yang dipegang manusia saat ini. Sebagai institusi modern, sekolah adalah solusi untuk mengatasi keterbatasan keluarga da;am mendidik anaknya secara sadar dan terencana.

Sejak perkembangan revolusi industri, terjadi proses sistematisasi pendidikan dan proses belajar. Perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan serta usaha untuk memaksimalkan proses pembelajaran selama berabad-abad menghasilkan sebuah evolusi sistem pendidikan yang kemudian kita kenal sebagai sekolah. Sekolah adalah salah satu representasi institusional dari nilai-nilai modern yang dipegang manusia saat ini. Sebagai institusi modern, sekolah adalah solusi untuk mengatasi keterbatasan keluarga da;am mendidik anaknya secara sadar dan terencana.

Walaupun sekolah menjadi institusi pendidikan yang terbukti memberikan manfaat bagi kemanusiaan, bagaimana proses pencarian pendidikan yang terbaik tak pernah berhenti. Berbagai filsafat dan pemikiran terus lahir, serta berinteraksi dengan kondisi sosial yang dialami oleh masyarakat.

Di Amerika Serikat, gelombang pertama homeschooling terjadi pada era 1960-an. Pada masa ini, mulai muncul pemikiran bahwa anak-anak belajar lebih baik jika tanpa instruksi sebagaimana di sekolah (John Holt). Banyak pemikiran yang muncul mempertanyakan efektivitas sekolah dalam menjalankan fungsi pendidikan. Selain Holt, inisiator dan pejuang homeschooling pada masa itu adalah Dr. Raymon Moore, seorang psikolog perkembangan dan peneliti pendidikan. Akhir 1970-an, Holt menerbitkan surat kabar "Growing Without School" yang menjadi sistem pendukung homeschooling pada masa itu.

Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah. Keadaan pergaulan sosial di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan homeschooling.

Walaupun awalnya dipersepsi sebagai kelompok konservatif dan penyendiri (isolationists), homeschooling terus tumbuh dan membuktikan diri sebagai sistem yang efektif dan dapat dijalankan. Praktisi homeschooling pun semakin bervariasi; dengan berbagai alasan memilih homeschooling dan dengan beragam latar belakang sosial: relijius dan sekuler; kaya, kelas menengah, miskin; kota (urban), pinggiran (suburban), pedesaan (rural). Keluarga praktisi homeschooling memiliki beragam profesi; dokter, pegawai pemerintah, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di sekolah umum.

Sumber : http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=142&Itemid=60

24 Maret, 2008

Selamat Datang

Assalaamu 'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuhu

Website ini diperuntukkan kepada semua kalangan yang berminat mendalami tentang home schooling. Pengelola wesite ini juga sedang mengembangkan home schooling di daerah Cibubur.

Pengelola Website