18 April, 2009

Melatih Anak Gemar Bersedekah



Oleh Zulia Ilmawati

Ada suatu kebiasaan menarik yang dilakukan keluarga ibu Rani setiap menjelang bulan Ramadhan. Kebiasaan ini tergolong langka, tapi itulah yang dilakukan Ibu Rani untuk mendidik 3 anaknya beramal shalih sejak dini. Menjelang bulan puasa tiba ibu Rani selalu menyiapkan 3 celengan tanah liat yang sengaja dibelinya di pasar. Ini sudah yang ketiga kalinya. Celengan itu akan dibagikan untuk ketiga anaknya, dan diisi selama bulan Ramadhan dari uang jajan yang biasa diberikan anak. Celengan-celengan itu akan di pecah ramai-ramai lima hari menjelang lebaran. Untuk apa? Bukan untuk membeli baju baru, tapi dibagikan kepada anak-anak yatim di sekitar rumahnya.

Melatih Anak Gemar Bersedekah

Oleh Zulia Ilmawati

Ada suatu kebiasaan menarik yang dilakukan keluarga ibu Rani setiap menjelang bulan Ramadhan. Kebiasaan ini tergolong langka, tapi itulah yang dilakukan Ibu Rani untuk mendidik 3 anaknya beramal shalih sejak dini. Menjelang bulan puasa tiba ibu Rani selalu menyiapkan 3 celengan tanah liat yang sengaja dibelinya di pasar. Ini sudah yang ketiga kalinya. Celengan itu akan dibagikan untuk ketiga anaknya, dan diisi selama bulan Ramadhan dari uang jajan yang biasa diberikan anak. Celengan-celengan itu akan di pecah ramai-ramai lima hari menjelang lebaran. Untuk apa? Bukan untuk membeli baju baru, tapi dibagikan kepada anak-anak yatim di sekitar rumahnya.

Mengembangkan Empati Anak Lewat Bersedekah

Bersedekah merupakan pemberian dari seorang muslim secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi waktu dan jumlah. Dari segi bentuknya, sedekah sesungguhnya tidak dibatasi pemberian dalam bentuk uang, tetapi sejumlah amal kebaikan yang dilakukan seorang muslim. Rasulullah SAW bersabda:

“ Setiap muslim wajib bershadaqah”; para sahabat bertanya: “Bagaimana bila ia tidak mempunyai sesuatu untuk dishadaqahkan?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia bekerja hingga dapat mencukupkan kebutuhannya sendiri dan dapat pula bershadaqah”; para sahabat bertanya lagi: Bila ia tidak dapat bekerja bagaimana?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia menolong orang yang memerlukan pertolongan”; para sahabat bertanya pula: “Bila ia masih tidak juga bagaimana?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia menyuruh orang lain berbuat baik”; para sahabat masih bertanya lagi: “Bila beramar ma’rufpun ia tidak dapat, bagaimana?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia menahan diri dari keburukan; sungguh menahan diri dari keburukan itu merupakan shadaqah” (HR Ahmad, Bukhari, Muslim dan An-Nasaai)

Bersedekah di bulan Ramadhan mempunyai nilai pahala yang sangat tinggi. Itulah kenapa ibu Rani menyengaja melakukan kebiasaan itu di bulan Ramadhan. Tentu juga karena nilai pahala yang sangat berlipat yang dengan itu akan lebih memotivasi anak untuk bersedekah. Rasulullah SAW bersabda:

Seutama utama sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan” (HR. Turmudzi)

Bersedekah selain merupakan sarana beribadah juga bisa digunakan untuk melatih empati anak pada orang lain. Empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain. Mempunyai rasa empati adalah keharusan seorang manusia, karena di sanalah terletak nilai kemanusiaan seseorang. Karena itu, setiap orang tua wajib menularkan rasa empati kepada anak-anaknya.

Rasa empati pada anak harus diasah. Bila dibiarkan rasa empati tersebut sedikit demi sedikit akan terkikis walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari lingkungan yang membentuknya.Banyak segi positif bila kita mengajarkan anak berempati. Mereka tidak akan agresif dan senang membantu orang lain. Karena empati berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tak heran kalau empati selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang, bersedekah, atau meberikan sesuatu pada orang lain.

Rasulullah pun sangat menekankan pentingnya mengembangkan sikap empati ini. Gambaran orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling berempati di antara sesama mereka adalah laksana satu tubuh, jika ada sebagian dari anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuh akan ikut merasakan sakit.
Menurut Psikolog, Dra Henny Eunike Wirawan, M.Hum, anak bisa diajari konsep empati sejak usia 2 tahun, saat mereka sudah mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Biasanya dari hal-hal yang sederhana. Contoh ketika anak sedang makan dan di sampingnya ada orang, maka ajarkanlah anak untuk menawarkan makanannya. Dengan begitu anak biasa berbagi dan peduli pada orang lain.

Kiat Agar Anak Gemar Bersedekah

  1. Berikan motivasi melalui hadits dan ayat-ayat yang berbicara tentang sedekah

Motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang. Banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan hadits Rasulullah yang menggambarkan tentang pahala orang yang menafkahkan sebagian hartanya. Ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut hendaknya sudah mulai dikenalkan kepada anak sejak dini. Dengan membacakanya, menghafal, dan mengkajinya akan memberikan motivasi yang luar biasa buat anak. Cara mengkajinya tentu dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Ayat dan hadits yang bisa disampaikan antara lain:

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Luas (KurniaNya) lagi Maha Mengetahui” (QS. 2:261)

“Setiap pagi ada dua Malaikat yang turun di langit dunia untuk memanjatkan doa kepada Allah; yang satu berdoa: “Ya Allah berikanlah ganti kepada orang yang mau membelanjakan hartanya; yang lain memanjatkan doa: Ya Allah berilah kerusakan pada harta orang yang tidak mau membelanjakannya’ (HR. Bukhari Muslim)

  1. Bacakan cerita-cerita sahabat Rasulullah yang gemar menafkahkan hartanya

Rasanya tidak ada anak-anak yang tidak suka cerita. Apalagi kalau yang bercerita adalah ibunya. Bercerita merupakan suatu aktivitas dimana anak memperoleh rasa senang ketika mendengarkan cerita yang dibacakan. Anak akan merasa senang bukan hanya karena mendengarkan suatu cerita, namun juga merasa dirinya diperhatikan dan diperlakukan secara spesial. Hal ini akan membantu menciptakan rasa aman dan percaya diri buat anak. Kesukaan anak-anak mendengarkan cerita biasanya didukung oleh kemampuan mereka memusatkan perhatian untuk beberapa lama terhadap obyek tertentu. Dan ini umumnya terjadi pada usia sekitar 3 atau 4 tahun.

Banyak memang buku cerita anak-anak yang berada di pasaran. Tapi orang tua yang bijak tentu tidak akan asal memilih buku, tetapi membeli yang sekaligus dapat menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak. Selain untuk menyampaikan pesan, membacakan buku cerita juga akan lebih mempererat hubungan ibu dengan anak, menambah perbendaharaan bahasa anak yang akan membantu perkembangan kemampuan sosialisasinya. Sekaligus untuk memberikan pembelajaran bagi anak agar kelak gemar membaca. Cerita tentang bagaimana Abu Bakar Ashidiq menyerahkan sebagian besar hartanya untuk dakwah, Aburrahman Bin Auf sahabat yang sangat kaya raya. Kekayaannya yang banyak dan melimpah ruah. Dialah seorang mukmin yang bijaksana yang tak sudi kehilangan bagian keuntungan duniannya oleh karena keuntungan agamanya, dan tidak suka harta benda kekayaannya meninggalkannya dari kafilah iman dan pahala surga. Maka dialah r.a yang membaktikan harta kekayaannya dengan kedermawanan dan pemberian yang tak terkira, dengan puas dan rela. Dan semenjak keislamannya sampai berpulang menemui Tuhannya dalam usia tujuh puluh lima tahun, Abdurrahman Bin Auf menjadi teladan yang cemerlang sebagai seorang mukmin yang besar. Hal ini menyebabkan Nabi SAW memasukkannya dalam sepuluh orang yang telah diberi kabar gembira sebagai ahli surga. Subhanallah.

3. Keteladanan

Keteladanan merupakan metode yang sangat baik dalam pendidikan, apalagi dalam periode awal kanak-kanak. Pada tahun-tahun pertama obyek peniruan anak umumnya masih berkisar orang-orang di sekitar rumah, biasanya ayah atau ibu. Anak meniru tidak saja gerak tubuh, rasa senang, dan tidak senang, sikap agama, hobi tetapi juga ekspresi emosional orang tua. Dalam kenyataannya, kemampuan anak dalam meniru sesuatu lebih cepat daripada yang kita bayangkan. Anak adalah duplikasi dari orang tuanya. Jika orang tua berbuat baik, maka anak biasanya juga akan berbuat baik. Dalam melakukan peniruan, umumnya anak akan meniru apa yang dilakukan orang tua, bukan apa yang dikatakannya.

Seorang anak yang melihat ibu dan ayahnya shalat lima kali sehari, membaca Al-Qur’an, berdoa kepada Allah dan berzikir, baik di waktu petang dan tengah malam, Insya Allah semua itu akan terlukis pada diri anak, sehingga ia akan selalu melaksanakan ajakan-ajakan yang ia dengar tiap pagi dan sore. Tingkah laku meniru adalah tingkah laku yang sangat menonjol pada anak-anak. Semakin bertambah usia anak, tidak hanya tingkah laku yang tampak saja yang akan ditirunya, tetapi juga sikap seseorang terhadap sesuatu. Oleh karena itu, orang tua harus bisa menjadi model yang baik. Bila dalam keseharian orang tua biasa memperlihatkan kepekaan serta kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, mampu berempati, bukan tidak mungkin anak akan menirunya. Sejalan dengan perkembangannya, akan meningkatkan kemampuan anak untuk memahami berbagai macam hal, dan diharapkan peniruan ini akan menjadi sebuah kemampuan, kebiasaan yang melekat pada anak. Tunjukkan kepedulian orang tua terhadap orang-orang yang tak mampu. Komitmen yang kuat dalam membantu penderitaan orang lain Insya Allah akan dapat menular kepada anak-anak.

  1. Pembiasaan

Mendidik anak di waktu kecil ibarat mengukir di atas batu. Demikian salah satu bunyi hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Memang akan lebih mudah mengajari anak kecil dari pada setelah menginjak remaja. Betapa banyak orang tua merasa kewalahan menyuruh anak remajanya membiasakan shalat lima waktu. Itulah pentingnya penanaman nilai-nilai Islam sedini mungkin. Bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Selain keteladanan dari orang tua, pembiasaan juga merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat buat anak. Dan pembiasaan ini harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak.

Membiasakan anak-anak bersedekah seperti yang dilakukan ibu Rani sangat penting buat anak. Pendidikan melalui pembiasaan akan menjadikan anak terlatih sejak kecil, ringan di dalam memberikan pertolongan pada orang lain. Upaya kecil yang bisa dilakukan misalnya dengan membawakan bekal sekolah anak lebih dari satu, dengan pesan untuk dibagikan pada temannya yang tidak membawa membawa bekal.

  1. Berikan Hadiah

Hadiah adalah berbagai bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap suatu prestasi. Hadiah diberikan setelah anak mencapai prestasi tertentu, bukan sebelumnya. Jadi, bukan hadiah yang diberikan agar anak mau melakukan sesuatu. Masih banyak orang tua yang menganggap hadiah tidak penting, karena sudah seharusnya anak bertingkah laku baik dan dapat diterima oleh kelompoknya. Sementara yang lain, hadiah hanya akan melemahkan motivasi anak melakukan sesuatu yang seharusnya memang mereka lakukan. Akibatnya, banyak orang tua yang sedikit sekali memberikan hadiah ketimbang hukuman. Padahal seperti halnya hukuman, hadiah berperan penting dalam pembentukan tingkah laku anak.

Ada beberapa fungsi penting dari hadiah. Hadiah adalah salah satu bentuk pengetahuan yang membuat anak segera tahu bahwa tingkah lakunya itu baik. Sama halnya dengan hukuman yang menyadarkan anak bahwa tingkah lakunya tidak dapat diterima lingkungannya. Hadiah juga akan memotivasi anak untuk mengulangi tingkah laku yang dapat diterima. Anak-anak umumnya akan bereaksi positif terhadap penerimaan lingkungan yang diekspresikan lewat hadiah. Hadiah juga akan memperkuat tingkah laku yang dapat diterima lingkungan. Apabila anak mendapat penaghargaan atas tingkah lakunya, maka ia mendapatkan pemahaman bahwa apa yang dilakukannya itu berarti. Ini yang akan membuat anak termotivasi untuk terus mengulangi.

Hadiah tidak selamanya harus dalam bentuk materi. Yang pasti, apapun bentuk hadiah ia harus sesuai dengan kebutuhan anak. Bila tidak efektivitasnya akan hilang. Oleh karena itu diperlukan kepekaan orang tua untuk melakukan hal ini. Bagi anak yang belum bisa memahami pembicaraan, hargai kebaikannya dengan senyuman, pelukan atau bentuk komunikasi non verbal lainnya. Sebaliknya, bentuk non verbal tidak terlalu efektif untuk anak-anak yang lebih besar. Anak-anak ini butuh pernyataan pujian secara verbal dan nyata. Hadiah juga dapat berupa pujian atau pengakuan. Agar pujian bisa bermanfaat orang tua perlu melakukannya secara bijaksana. Pujian seyogyanya diberikan dalam segala suasana. Perlakuan istimewa juga bisa dijadikan hadiah buat anak. Misalnya memberikan izin untuk bermain lebih dari jam biasanya.

6. Ajaklah anak melihat sendiri dan mengalami kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan yang biasa ia jalani.

Ajaklah anak untuk mengunjungi tempat di mana banyak orang susah yang berkumpul di sana. Dengan itu mereka akan melihat ada sisi lain dari kehidupan manusia. Kita pun dapat memberi pemahaman kepada mereka dengan menjelaskan mengapa ada gelandangan yang mengais-ngais sampah, atau makan makanan yang telah dibuang ke tempat sampah, dan sebagainya. Sekali waktu anak bisa diajak ke panti asuhan, tempat bencana alam atau tempat-tempat lain yang membutuhkan uluran tangan. Selain mengajak anak langsung ke tempat-tempat seperti itu, anak juga bisa diajak melihat film-film tentang kaum muslimin yang didzolimi seperti film-film perjuangan rakyat palestina, Libanon atau penderitaan kaum muslimin di negara lainnya.

Selamat mencoba....


Sumber: http://eldiina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=65&Itemid=43

Tidak ada komentar: