Aqidah Islam
Aqidah Islam adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik buruk keduanya dari Allah SWT. Keimanan terhadap keenam rukun iman tersebut haruslah didapat dengan proses berpikir dan dilandaskan pada dalil naqli maupun aqli. Akal memiliki peran yang sangat besar dalam proses keimanan seseorang.
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan binatang-binatang melata yang berterbaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang meyakini.” (Al-Jaatsiyat 3-4)
MENANAMKAN AQIDAH
ANAK USIA 0 SAMPAI 3 TAHUN.
Aqidah Islam
Aqidah Islam adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik buruk keduanya dari Allah SWT. Keimanan terhadap keenam rukun iman tersebut haruslah didapat dengan proses berpikir dan dilandaskan pada dalil naqli maupun aqli. Akal memiliki peran yang sangat besar dalam proses keimanan seseorang.
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan binatang-binatang melata yang berterbaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang meyakini.” (Al-Jaatsiyat 3-4)
Menanamkan aspek keimanan kepada anak dapat dilakukan dengan mencoba mempelajari proses kehidupan Rasulullah SAW selama bergaul dengan anak-anak dan langkah-langkah yang dilakukan Beliau dalam membina dan mendidik pribadi mereka. Kita akan menemukan lima pola dasar pembinaan aqidah sebagai berikut : Mengajarkan kalimat tauhid, Menanamkan cinta kepada Allah SWT, Menanamkan cinta pada Rasulullah SAW, Mengajarkan Al-Qur’an dan mendidik anak berpegang teguh pada aqidah dan rela berkurban.
Perkembangan Anak Usia 0-3 tahun
Secara fisik anak usia 3 tahun sudah mampu melakukan gerakan-gerakan motorik yang sederhana. Seperti berdiri dalam keadaan siap, berdiri dengan 1 kaki selama 30 detik, melompat-lompat seperti katak, naik dan turun tangga, mengayunkan lengan secara berulang-ulang, melambungkan bola dan menendang bola dalam keadaan diam. Perkembangan motorik halusnya antara lain bisa meniru gerak gerik tangan, memegang pensil, membuat sesuatu dengan benda yang lunak (plastisin), membalik halaman buku satu persatu, menarik garis datar dan tegak, melipat, dan menggunting mengikuti garis lurus.
Anak sampai usia 3 tahun juga sudah dapat menberikan informasi tentang dirinya (nama panggilan dan umur), menirukan kembali urutan kata (2 kata), mengikuti perintah sederhana, menyanyikan satu lagu, mengemukakan keinginan, mengungkapkan rasa, menyebutkan bilangan , dan senang mendengarkan orang bercerita. Anak juga sudah mulai mandiri, tidak tergantung sepenuhnya pada orang tua. Bisa makan dan minum sendiri, membuka dan menutup pintu, membuka celana dan baju, mencuci tangan sendiri dan buang air sendiri. Perkembangan kognitifnya antara lain bisa menyebutkan 4 warna, membedakan ukuran benda besar dan kecil, mengetahui bentuk lingkaran, segitiga dan segi empat. Anak juga akan terus bertanya dengan menggunakan kata “apa”.
Sekalipun belum fasih mengucapkannya, anak usia 3 tahun sudah dapat melafadzkan doa dan hadits, melafadzkan dan hafal kalimat-kalimat thoyyibah. Anak juga mulai dapat mengenal dan mau melakukan gerakan wudlu dan shalat sekalipun belum berurutan.
Penanaman Aqidah Pada Anak 0-3 tahun
1. Mengajarkan Kalimat Tauhid
Ibnu Abbas ra menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Jadikanlah kata-kata pertama kali yang diucapkan seorang anak adalah kalimat Laa ilaaha illallaah. Dan bacakan padanya ketika menjelang maut kalimat Laa ilaaha illallaah”. (HR. Al-Hakim).
Tujuan dari memperdengarkan dan mengajarkan kalimat tauhid ini agar pertama kali yang didengar anak yang baru lahir adalah kalimat tauhid. Jadikan suara yang didengar pertama oleh mereka adalah pengetahuan tentang Allah, keesaanNya. Mengajarkan kalimat tauhid sejak dini juga dilakukan dengan memperdengarkan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra:
“Bahwa Nabi SAW telah meyuarakan adzan pada telinga Al- Hasan Bin Ali (yang sebelah kanan) ketika ia dilahirkan dan menyuarakan iqomat pada telinga kirinya”.
2. Mengenalkan dan Menanamkan Cinta Pada Allah
Mengenalkan Allah pada anak usia di bawah 3 tahun juga dapat dilakukan dengan terus menerus melafadzkan kalimat thoyyibah. Seperti mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akabar disertai dengan aktivitas yang dilakukan sehingga anak bisa menyambungkan bacaan dan aktivitasnya. Misalnya Alhamdulillah diucapkan sebagai wujud rasa syukur ketika selesai melakukan aktivitas tertentu. Subhanallah dilafadzkan jika melihat ciptaan Allah dan sebagainya. Selain itu anak juga mulai dapat dikenalkan Allah melalui ciptaanNya. Anak-anak seusia ini sangat senang dengan binatang. Anak bisa kita ajak ke kebun binatang, mendengarkan suara-suara binatang, bernyanyi dan lain-lain. Tentang siapa Allah, ajarkan Surat Al-Ikhlas dengan artinya, dan juga lagu-lagu yang syairnya dapat mengenalkan anak pada Allah SWT.
3. Menanamkan Cinta pada Rasul
Rasulullah SAW bersabda:
“Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai nabi kamu, mencintai ahli baitnya dan membaca Al-Qur’an. Sebab orang-orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lindungan singasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain dari pada perlindunganNya beserta para NabiNya dan orang-orang yang suci” (HR. Ath-Thabrani)
Para sahabat dan ulama salaf sangat suka menceritakan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW terhadap anak-anak mereka, dengan diselingi materi pelajaran Al-Qur’an. Pemahaman terhadap sejarah kehidupan Nabi diyakini akan memberikan pengaruh kepada pendidikan dan perkembangan jiwa anak. Karena pemahaman yang baik terhadap kepribadian Nabi SAW, secara tidak disadari akan menumbuhkan rasa cinta anak terhadap pribadi beliau. Beliau akan dijadikan sebagai tokoh pujaan yang pada akhirnya anak akan berusaha meniru apa yang beliau telah lakukan selama hidupnya. Langkah semacam ini secara perlahan akan membentuk pribadi anak tidak lepas dari patokan agama, mampu memahai makna cinta yang sebenarnya terhadap beliau, serta memiliki semangat jihad yang tinggi dalam rangka menyelamatkan umat manusia dari lingkungan yang penuh dengan kesesatan menuju lingkungan yang baik, dari dunia yang penuh dengan kebatilan menuju dunia yang penuh dengan kebenaran, dan dari lingkungan yang penuh kebodohan menuju cahaya Islam yang gemilang.
4. Mengajarkan Al-Qur’an
Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak berarti mengajak anak untuk dekat kepada pedoman hidupnya. Dengan cara itu, mudah-mudahan kelak ketika dewasa anak-anak benar-benar dapat menjalani hidup sesuai dengan Al-Qur’an. Inilah satu-satunya jalan untuk membentuk menjadi manusia yang shaleh. Mengajarkan Al-Qur’an pada anak 0 sampai 3 tahun dapat dilakukan dengan mulai mengenalkan, memperdengarkan, dan menghafalkan. Tak heran bila Rasulullah mengingatkan kita untuk mendidik anak dengan al Qur’an.
“Sesungguhnya Al-qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. Al-Isra : 9).
Mengenalkan Al-Qur’an
Saat yang paling tepat mengenalkan Al-Qur’an adalah ketika anak sudah mulai tertarik dengan buku. Anak usia 2 sampai 3 tahun biasanya sudah mulai tertarik dengan buku. Hal ini penting, karena banyak orang tua yang lebih suka menyimpan Al-Qur’an di rak lemari paling atas. Sesekali perlihatkanlah Al-Qur’an kepada anak sebelum mereka mengenal buku-buku lain, apalagi buku dengan gambar-gambar yang lebih menarik. Mengenalkan Al-Qur’an juga bisa dilakukan dengan mengenalkan terlebih dulu huruf-huruf hijaiyyah. Bukan mengajarinya membaca, tetapi sekedar memperlihatkannya sebelum anak mengenal A, B, C, D. Tempelkan gambar-gambar tersebut ditempat yang sering dilihat anak.Tentu dilengkapi dengan gambar dan warna yang menarik. Dengan sering melihat, akan memancing anak untuk bertanya lebih lanjut. Saat itulah kita boleh memperkenalkan huruf-huruf Al-Qur’an.
Memperdengarkan
Memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an bisa dilakukan secara langsung atau dengan memutar kaset atau CD. Kalau ada teori yang mengatakan bahwa mendengarkan musik klasik pada janin dalam kandungan akan meningkatkan kecerdasan, Insya Allah memperdengarkan Al-Qur’an akan jauh lebih baik pengaruhnya buat bayi. Apalagi jika ibu yang membacanya sendiri. Ketika membaca Al-Qur’an, suasana hati dan pikiran ibu akan menjadi lebih khusyu’ dan tenang. Kondisi seperti ini, akan sangat membantu perkembangan psikologis janin yang ada dalam kandungan karena secara teoritis, kondisi psikologis ibu tentu akan sangat berpengaruh pada perkembangan bayi khususnya perkembangan psikologisnya. Ibu yang sering mengalami stress, tentu akan berpengaruh buruk pada kandungannya.
Memperdengarkan Al-Qur’an bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Juga tidak mengenal batas usia anak. Untuk anak-anak yang belum bisa bicara, Insya Allah lantunan ayat al Qur’an itu akan terekam dalam memorinya. Dan jangan heran kalau tiba-tiba si kecil lancar melafadzkan surat al-Fatihah, misalnya begitu dia bisa bicara. Untuk anak yang lebih besar, memperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an (surat-surat pendek) terbukti memudahkan anak menghafalkannya.
Menghafalkan
Menghafalkan Al-Qur’an bisa dimulai sejak anak lancar berbicara. Mulailah dengan surat atau ayat yang pendek. Atau potongan lafadz dari sebuah ayat (misalnya fastabiqul khayrat, hudallinnas, birrulwalidayn dan sebagainya). Menghafal bisa dilakukan dengan cara sering-sering membacakan ayat-ayat tersebut kepada anak, dan latihlah anak untuk menirukannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai anak hafal di luar kepala. Masa anak-anak adalah masa meniru dan memiliki daya ingat yang luar biasa. Orang tua harus menggunakan kesempatan ini dengan baik, jika tidak ingin menyesal kehilangan masa emas (golden age) pada anak. Menghafal bisa dilakukan kapan saja. Usahakan di saat anak merasa nyaman. Walau demikian, hendaknya orang tua tetap mempunyai target baik tentang ayat, atau jumlah yang akan dihafal anak.
5. Mendidik Berpegang Teguh Pada Aqidah dan rela Berkurban
Aqidah yang tumbuh dan tertanam dalam jiwa anak merupakan sesuatu yang sangat penting sebagai salah satu pijakan dan pedoman hidup dalam menata masa depan yang berarti dan secara tidak langsung berdampak positif bagi kelangsungan hidup masyarakat. Karena itu penanaman aqidah pada anak sejak dini merupakan sarana pendidikan yang efektif bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Dan diakui bahwa aqidah yang tertanam dalam jiwa anak akan semakin kokoh apabila anak bersangkutan memiliki nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan dalam dirinya untuk membela aqidah yang diyakini kebenarannya, bahkan tidak peduli terhadap resiko yang mengancam dirinya. Semakin kuat nilai perjuangan dan pengorbanan seseorang akan semakin kokoh pula aqidah yang dimiliki.
Ceritakan kisah anak-anak para sahabat yang sangat antusias mempelajari ajaran Islam, bahkan tidak sedikit yang berani berkurban untuk menegakkan dan mengharumkan kalimat Allah. Imam Ahmad dan Bukhari mengeluarkan sebuah hadits yang bersumber dari Anas Bin Malik r.a yang menceritakan bahwa Haritsah Bin Ar-Rabi’ r.a ikut dalam perang Badar, padahal dia masih kecil. Tiba-tiba sebatang anak panah mengenai urat lehernya, dan mati syahidlah dia. Mendengar berita bahwa anaknya telah gugur di medan perang, ibunya menemui Rasulullah SAW seraya berkata’ “Ya Rasulullah, aku mendengar anakku, Haritsah telah gugur. Jika ia termasuk ahli syurga, aku akan tabah menghadapi musibah ini. Namun, jika terjadi sebaliknya maka Allah akan melihat apa yang akan aku lakukan ini”
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai ibunya Haritsah, anakmu tidak hanya ada di dalam syurga, bahkan dia berada di dalam syurga yang banyak. Dia menjadi ahli firdaus yang paling tinggi”.
Wallahu’alam bi Al-Shawab
Sumber:http://eldiina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=61&Itemid=43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar